Get In Touch
Menara Caraka, Lantai 12, Jl. Mega Kuningan Barat, Blok E4 7 No. 1, Kawasan Mega
Kuningan, Jakarta 12950
Work Inquiries
partnership@mantappu.com
(+62) 818 0401 3060

“Girls Code” Sesama Content Creator Ala Maria Clarin

March 8, 2024

by Fahma Ainurrizka

Maria Clarin, yang akrab dipanggil Karin, adalah seorang beauty influencer asal Batam yang aktif membagikan konten seputar dunia makeup di akun TikTok @mariadelouvre. Dalam rangka menyambut International Women’s Day (IWD) yang tahun ini bertema “Inspire Inclusion,” TeaMantappu melakukan wawancara singkat dengan Karin untuk membahas suka-duka seorang perempuan yang berkarier di industri ini.

Maria Clarin saat diwawancarai TeaMantappu | Sumber: Dok. Mantappu Corp.

Hai, TeMantappu!

Dalam merayakan International Women’s Day yang jatuh pada 8 Maret 2024, TeaMantappu berkesempatan untuk mewawancarai Karin, seorang perempuan content creator yang meniti karier sebagai beauty influencer. Sebagaimana yang kita tahu, perempuan yang bekerja di industri kreatif seringkali terkait dengan stereotip yang merendahkan, seperti menjadi objek seksual, penggoda, cengeng, dan lemah (Komnas Perempuan, 2024). Kira-kira, gimana pandangan Karin tentang hal ini? Bagaimana pengalamannya menghadapi stereotip tersebut? Yuk, simak artikel ini sampai tuntas!

Susahnya Menjadi Perempuan: Beauty Influencer Sasaran Komentar Seksis dan Misoginis?

Potret Maria Clarin | Sumber: Instagram @mariadelouvre

Menjadi seorang perempuan dan beauty influencer bukanlah perjalanan yang mudah. Karin, seorang beauty influencer yang telah meniti karier dalam industri ini sejak 2019, mengungkapkan kalau perempuan sering kali menjadi sasaran komentar seksis dan misoginis yang merendahkan perempuan.

“I think a lot of women sering di-objectify or di-compare. It is a pretty heavy topic, ya,” lanjutnya. Ia menyadari industri ini nggak lepas dari pandangan perempuan sebagai objek yang dapat dieksploitasi atau dibandingkan satu sama lain.

Karin mengakui kalau dalam menghadapi komentar-komentar merendahkan tersebut adalah tantangan yang nggak mudah. Namun, ia menegaskan ia sudah tahan untuk nggak membiarkan komentar-komentar negatif tersebut mempengaruhi dirinya sebagai seorang perempuan.

“I think I’ve already gotten used to it, dan aku udah bisa memfilter these kinds of comments to prevent them from affecting me as a woman. Kayak I feel like I’m stronger than that, so I’m not even going to listen to them,” jelas Karin. Ia berusaha menyaring komentar-komentar yang nggak konstruktif dan memupuk keyakinannya sebagai sosok perempuan yang kuat.

Saling Dukung Sesama Perempuan dengan “Girl’s Code”

Potret Maria Clarin | Sumber: Instagram @mariadelouvre

Berdasarkan pengalamannya menghadiri berbagai social event, terutama yang dihadiri secara langsung (offline), ia menemukan perempuan-perempuan di sana menyambutnya dengan sikap ramah dan peduli satu sama lain.

Meskipun mungkin baru pertama kali bertemu, suasana hangat dan sapaan ramah membuatnya merasa sangat diterima di lingkungan baru tersebut. Bagi Karin, hal ini menunjukkan adanya “girl’s code” atau aturan nggak tertulis di antara perempuan yang mungkin sudah menjadi bagian dari naluri alaminya, yaitu saling mendukung layaknya saudara.

Ia merasa kalau dukungan dan kehangatan tersebut sangat diperlukan, terutama bagi perempuan yang baru bergabung dalam suatu lingkungan sosial. “So, I think that many women might have this kind of ‘girls code’. I think it’s an instinct for women to teach us to bond and be sisters,” ucap Karin.

Harapan untuk Perempuan Masa Kini

Potret Maria Clarin | Sumber: Instagram @mariadelouvre

Karin mengaku jikalau menjadi perempuan dan tumbuh dewasa sebagai perempuan bukanlah hal yang mudah–mengetahui budaya patriarki yang masih awet dan mengakar hingga ini. “I think it’s definitely (something) to be proud of because becoming a woman and, you know, growing up as a woman is not an easy thing in this industry–in life in general,” jawab Karin saat ditanya hal yang membuat ia bangga sebagai perempuan.

Baca Juga: Na Daehoon: Chef Asal Korsel, Content Creator, dan Talent Mantappu Corp

Namun, ia juga menekankan kalau perempuan nggak boleh begitu saja melupakan rasa bangga terhadap pencapaian yang telah dicapai sejauh ini sekaligus lebih yakin pada diri sendiri. “Because as a woman we can do everything,” tutur Karin.

“Hey, girls, just do it,” ungkap Karin saat ditanya mengenai perempuan content creator yang masih takut untuk memulai. Meskipun pada awalnya mungkin terasa menakutkan dan orang lain mungkin barangkali akan mengomentari dengan ucapan alay, lebay, atau nggak jelas, tetapi ia mengingatkan untuk mengabaikan komentar tersebut.

Karin memberikan perspektif:

“Don’t care about them, nggak usah peduliin, just do it right now karena you don’t know what’s gonna happen to you in the future and all I’m gonna say is they’re gonna be irrelevant. Well, you are the most relevant thing in the world. Okay? So take care of yourself and just do what you wanna do.”

maria clarin (2024)

Lakukanlah dan upayakan sekarang segala hal yang kamu cita-citakan, karena masa depanmu nggak ada yang tahu akan menjadi seperti apa. Siapa tahu menjadi content creator adalah jalan kariermu ke depannya, lagi-lagi nggak ada yang tahu sebelum kamu mencobanya.

Ingatlah, setiap langkah kecil membawa kita lebih dekat menuju impian dan tujuan kita. Jangan biarkan keraguan atau pendapat negatif orang lain menghalangi langkah kita. Jadilah contoh ataupun pioneer bagi sesama perempuan sekaligus dukung mereka dalam perjalanan mereka. Bersama-sama, kita menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih inklusif untuk semua perempuan!

***

Inspiratif sekali, ya, TeMantappu? Karin mengingatkan untuk nggak melupakan pentingnya dukungan antar perempuan (women support women), dan semangat untuk terus membangun lingkungan yang inklusif dan aman di antara kita semua. Selamat Hari Perempuan Internasional, TeaMantappu!

Media Sosial Maria Clarin

Kenal lebih dekat dengan Karin dengan mengikuti akun media sosial Karin di bawah ini:

Artikel Terkait

Recent Posts

Alexander Matthew

Cap Lang Bukan Produk Indonesia? Simak Penjelasan Alexander Matthew

Siapa yang menyangka minyak angin Cap Lang, yang telah menjadi andalan bagi masyarakat Indonesia dalam mengatasi berbagai keluhan kesehatan sehari-hari, ternyata adalah produk buatan Jerman? Inilah yang membuat Alexander Matthew, seorang mahasiswa Teknik Informatika di Fachhochschule Aachen, Jerman, tertarik untuk menjelajahi keberadaan minyak tersebut di negeri tempatnya menimba ilmu. Yuk, kita simak!

Jang Hansol

Nggak Romantis Seperti Drakor, Jang Hansol Ungkap Kegelapan Wamil

Terkadang, kita sering mendengar wajib militer (wamil) menjadi semacam ketakutan bagi sebagian warga Korea. Bahkan, beberapa di antaranya sampai melarikan diri untuk menghindari wamil. Meskipun citra tentara seringkali dipromosikan sebagai sosok yang keren, gagah, dan berwibawa dalam berbagai media, tetapi bagaimana sebenarnya pelaksanaan wamil di Korea, ya? Yuk, kita simak penjelasan langsung dari Jang Hansol!

Waseda Boys di New York memakai batik

Waseda Boys Kunjungi Universitas Impian Jerome Polin?

USA menjadi destinasi akhir World Trip Waseda Boys. Kali ini, Jerome, Tomohiro, Otsuka, dan Yusuke menelusuri sejumlah tempat ikonik di Amerika Serikat, termasuk berkeliling ke Columbia University dan Cornell University, menjajal Mr. Beast Burger dan Halal Guys, menilik kehebatan Hollywood Studios di Disneyland, dan banyak lainnya. Yuk, kita ikuti keseruannya!