Get In Touch
Menara Caraka, Lantai 12, Jl. Mega Kuningan Barat, Blok E4 7 No. 1, Kawasan Mega
Kuningan, Jakarta 12950
Work Inquiries
partnership@mantappu.com
(+62) 818 0401 3060

Jang Hansol Mencoba Makanan Korea Produksi Lokal Indonesia

May 24, 2024

by Fahma Ainurrizka

Makanan Korea makin populer di Indonesia dengan ragam variasi mulai dari kemasan praktis hingga sajian langsung. Dari Jajangmyeon hingga Tteokbokki, ada begitu banyak pilihan yang bisa dinikmati di Indonesia. Tapi, pertanyaannya adalah, apakah makanan Korea yang diproduksi lokal di Indonesia mampu mempertahankan cita rasa asli yang autentik? Yuk, kita lihat gimana Jang Hansol, sebagai orang Korea asli, mencicipi makanan Korea produksi lokal Indonesia!

Jang Hansol mereview makanan frozen Korea buatan pabrik Indonesia | Sumber: YouTube/Korea Reomit

Halo, TeMantappu!

Ternyata, Hansol sempat jauh-jauh dari Indonesia ke Korea membawa frozen food untuk ia cicipi, lho. Hansol kali ini me-review sejumlah makanan instan dari brand lokal yang masih baru alias sedang merintis. 

Tapi, buat Hansol, review-nya nggak melulu soal enak atau nggak aja, Hansol juga bakal memberi saran membangun biar cita rasa makanan makin pas dan tentunya cocok buat lidah orang Indonesia. Kita-kira apakah makanan Korea buatan pabrik lokal Indonesia rasanya bisa autentik? Yuk, kita simak!

Sup Eomuk

Jang Hansol mereview makanan frozen Korea buatan pabrik Indonesia | Sumber: YouTube/Korea Reomit

Di awal video, Hansol menjelaskan kalau sebutan “odeng” (오뎅) sebenarnya merupakan bahasa serapan dari Jepang yang digunakan untuk merujuk pada otak-otak ikan atau fish cake.

Nah, saat ini, orang Korea lagi gencar merevisi penggunaan istilah tersebut, menggantinya dengan istilah “eomuk”  (오묵). “Jadi, kalau bahasa Korea yang baku, kita sebutnya ‘eomuk’,” jelas Hansol. Siapa, nih, yang masih sering menyebut odeng?

Nah, mengenai proses memasaknya, Hansol menyebutkan kalau eomuk dapat dimasak dengan cepat, hanya dalam waktu 3 menit. Saat mencobanya, menurut Hansol, kuahnya terlihat yang terlalu putih (cerah). Ia membandingkannya dengan eomuk di Korea yang biasanya memiliki warna kuning kecoklatan yang lebih khas.

Meskipun begitu, Hansol mengatakan kalau dari segi rasa, makanan ini cukup lumayan. Hansol juga bercerita kalau ia menemukan sedikit sentuhan rasa Indonesia di hidangan tersebut, yang menambah keunikan rasanya. Dengan harga yang terjangkau, sekitar 29 ribu rupiah, menurut Hansol, makanan ini layak dicoba. Nggak fail!

Hansol juga memberi saran buat menambahkan kuahnya. Menurutnya, kuah yang disajikan terlalu sedikit. Kalau saja kuahnya agak lebih banyak, Hansol yakin eomuk yang ia santap bakal lebih memuaskan dan lengkap.

Ceker Pedas Dakbal

Jang Hansol mereview makanan frozen Korea buatan pabrik Indonesia | Sumber: YouTube/Korea Reomit

Ceker ayam Korea atau dakbal memiliki ciri khas yang unik: nggak memiliki tulang. “Kalau bukan karena konten, jujur, aku nggak akan pernah mencoba ceker ayam,” ucap Hansol, mengungkapkan kalau ia nggak begitu suka ceker ayam. Namun, ternyata, pengalaman Hansol tak seburuk yang dibayangkan.

Saat mencicipi ceker ayam tersebut, Hansol terkejut dengan kesan yang didapat. Ternyata rasanya enak! Hansol juga memuji sausnya yang enak. Ia juga merekomendasikan pecinta ceker ayam wajib menjajal dakbal!

Siapa, nih, yang nggak suka dengan ceker ayam? Mungkin kali ini saatnya kamu memberikan kesempatan untuk mencoba. Apalagi dakbal disajikan tanpa tulang, sehingga membuatnya lebih mudah dinikmati!

Mandu

Jang Hansol mereview makanan frozen Korea buatan pabrik Indonesia | Sumber: YouTube/Korea Reomit

Mandu, makanan yang mirip dengan siomay, ternyata menjadi salah satu menu yang paling dinantikan oleh Hansol. Ia punya ekspektasi tinggi karena tampilan luarnya yang menggugah selera.

Ia membeli Mandu dalam dua varian rasa, yaitu rasa daging babi dan rasa daging ayam. Namun, setelah mencicipinya, Hansol nggak begitu cocok dengan rasanya.

Menurut Hansol, Mandu yang ia cicipi agak kering dan dagingnya kurang juicy. “Mungkin kurangnya daging lemak, ya,” terang Hansol.

Hansol juga memberikan informasi tambahan mengenai Mandu di Korea. Di sana, Mandu sering kali menggunakan daging udang, sapi, dan babi. Jarang yang menggunakan daging ayam. “Mungkin, jika diganti dengan daging udang, Mandu bakal lebih enak,” katanya. 

***

Yes, itu dia! Jang Hansol dan Jeanette memberikan gambaran nyata tentang biaya hidup sehari-hari di Korea Selatan, mulai dari memilih makanan olahan hingga bahan-bahan segar. Semoga informasi ini bisa menjadi patokan untuk pengeluaranmu jika kamu berencana tinggal atau berkunjung ke Korea Selatan, ya!

Media Sosial Jang Hansol

Nantikan konten terbaru dari Korea Reomit dengan mengikuti media sosial Hansol di bawah ini:

Artikel Terkait

Tonton video lainnya dari Jang Hansol!

Recent Posts

Detektif Reomit menjelaskan kasus kriminalitas di Korea

Rekomendasi “Detektif Reomit” yang Bahas Kriminalitas Remaja di Korea

Salah satu segmen yang dinanti Bolo-Bolo alias penonton Korea Reomit di tiap minggunya adalah “Detektif Reomit”. Di segmen ini, Hansol menceritakan berbagai kasus kriminal menarik yang terjadi di Korea. Kali ini, TeaMantappu telah merangkum beberapa video konten “Detektif Reomit” yang wajib banget kamu tonton, khususnya yang membahas tentang kriminalitas yang melibatkan anak di bawah umur di Korea. Yuk, kita simak!

Halal Tour Tomo di Jepang

Menyusuri Keindahan Jepang Lewat Halal Tour Tomo

Kali ini, kita bakal seru-seruan bareng Tomohiro di Halal Private Tour. Perjalanan dimulai dari Tokyo Station yang ikonik, dilanjutkan ke Shibuya Crossing untuk mencicipi wagyu A5 yang lezat di Gyumon Halal Sukiyaki, sampai menikmati keindahan sakura di Oishi Park dengan latar belakang Gunung Fuji yang megah. Pokoknya, pengalaman menyusuri Jepang yang autentik, deh. Yuk, simak perjalanannya!

Pengalaman wawancara kerja di Jepang versi Yusuke

Pengalaman Yusuke Mengikuti Wawancara Kerja di Jepang

Kali ini, yuk kita simak perjalanan Yusuke menjalani serangkaian wawancara kerja, baik secara online maupun offline di Jepang. Yusuke cerita gimana ia mempersiapkan diri dari pemilihan baju hingga menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari interviewer. Selain itu, ia juga membagikan insight tentang alur rekrutmen kerja di Jepang, lho—proses yang terkadang mirip, tapi juga punya nuansa dan tuntutan tersendiri jika dibandingkan dengan Indonesia. Yuk, kita telusuri cerita lengkapnya!