Wisnu Murti tampil sebagai pembicara di Pasar Seni ITB 2025 pada 18 November 2025 lalu. Ia mengajak anak muda untuk melek literasi digital dan bijak bertransaksi dengan menerapkan prinsip “Saring Sebelum Sharing” sebagai upaya menjaga keamanan ekosistem ekonomi digital. Simak selengkapnya di sini!

Selamat! Kamu memenangkan hadiah 10 juta rupiah! Klik di sini untuk klaim hadiahnya!
Pernahkah kamu mendapat pesan seperti di atas? Modus seperti ini menjadi salah satu bentuk penipuan paling umum di era digital.
Nggak hanya lewat SMS atau WhatsApp, penipuan juga kerap terjadi melalui pesan langsung (direct message) Instagram, niaga-el (e-commerce) palsu, bahkan situs penjualan tiket konser. Parahnya, makin ke sini modusnya makin halus dan sulit dibedakan dari pesan asli.
Hal inilah yang disorot Wisnu Murti dalam gelar wicara (talkshow) bertajuk “Transaksi Makin Praktis, Ekonomi Makin Dinamis” di Pasar Seni ITB 2025, hasil kolaborasi bersama Bank Indonesia pada 18 November 2025 lalu.
Yuk, simak selengkapnya di artikel ini!
Table of Contents
Waspadai Bentuk Kejahatan Digital yang Semakin Canggih
Murti membuka sesi dengan membahas berbagai bentuk kejahatan digital yang sering terjadi di sekitar kita. Mulai dari pengelabuan (phishing) yang memancing korban lewat tautan palsu, penipuan (scam) keuangan berkedok hadiah atau promo, sampai kebocoran data pribadi akibat penggunaan aplikasi atau situs yang nggak aman.
Ia juga menyinggung kasus yang belakangan makin sering terjadi. Sebut saja penipuan tiket konser, investasi bodong, dan akun media sosial yang diretas untuk menipu orang lain.
Modus penipuan pun terus berubah, tetapi pola dasarnya sama: membuat orang panik atau tergiur, lalu tanpa sadar memberikan informasi penting yang seharusnya dijaga.
Skalanya pun mengkhawatirkan. Hingga 16 Oktober 2025, Indonesia Anti-Scam Centre (IASC) mencatat lebih dari 299 ribu laporan penipuan keuangan digital, dengan total kerugian mencapai Rp 7 triliun. Ribuan rekening sudah diblokir, tetapi banyak korban masih memilih diam dan nggak melapor; entah karena malu, takut, atau pasrah.
Murti berpesan kalau suatu kali kamu mendapat pesan mendadak atau mengancam, jangan langsung panik. Cek dulu logikanya, telusuri informasinya, dan tunda keputusan impulsif, jelasnya.
Sebelum lanjut, kamu juga bisa membaca cerita Murti saat menjadi pembicara di event lainnya:
Wisnu Murti di SCORENCE 4.0 x Duta SMA: Mengubah Penghalang Jadi Peluang  
3 Cara Menjadi Content Creator ala Wisnu Murti dan Nadhira Afifa
Saring sebelum Sharing, Jangan Asal Klik, Jangan Asal Percaya
Setelah membahas risiko, Murti turut mengajak audiens untuk melihat solusi yang dapat kita lakukan agar terhindar dari kejahatan digital ini: literasi digital.
Ia membagikan beberapa langkah praktis yang bisa diterapkan sehari-hari:
- Jaga data pribadi dan jangan bagikan sembarangan, bahkan kalau pengirim pesan tampak meyakinkan.
- Gunakan kata sandi yang kuat dan berbeda di setiap akun penting.
- Aktifkan verifikasi ganda (two-factor authentication) untuk menambah lapisan keamanan.
Murti juga menekankan kalau keamanan digital tentu bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga bagian dari budaya bersama. Generasi muda punya peran besar dalam menciptakan ekosistem digital yang aman, etis, dan produktif.
Salah satunya lewat kebiasaan “saring sebelum sharing” dengan memastikan dahulu kebenaran informasi sebelum dibagikan. Sebab, satu klik saja bisa membuat berita palsu menyebar ke mana-mana.
Pada akhirnya, dunia digital yang aman nggak tercipta dari satu orang saja, tetapi dari kebiasaan baik yang dilakukan banyak orang, termasuk kita sendiri.