Jerhemy Owen mengunjungi Greenprosa, pabrik pengolahan sampah maggot di Bogor yang mampu mengurai 8 ton sampah makanan per hari. Bersama Arky Gilang Wahab—penerima penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tingkat nasional pada 2021—Owen belajar langsung peran maggot sebagai solusi untuk masalah lingkungan. Cek juga info pendaftaran SATU Indonesia Awards 2025 di sini!

Siapa sangka ulat dapat menjadi solusi bagi persoalan sampah di Indonesia?
Hal ini yang bikin Owen, content creator lulusan Ilmu Lingkungan dari Belanda, penasaran hingga akhirnya terbang ke Bogor untuk mengunjungi Greenprosa.
Dalam video terbarunya di YouTube, Owen mengajak kita mengintip langsung proses pengelolaan sampah di Greenprosa, bersama sang pendiri, Arky Gilang Wahab.
Arky merupakan penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 bidang Lingkungan dari Astra.
Lantas, apa saja yang dilakukan Owen di sana? Yuk, simak selengkapnya di artikel ini!
Table of Contents
Greenprosa, Pabrik Sampah Mandiri dengan Sistem Terintegrasi

Greenprosa adalah pabrik pengolahan sampah berbasis maggot—ulat larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF)—yang berlokasi di Bogor.
Tempat ini menerapkan sistem Integrated Waste Management, yaitu sistem pengelolaan sampah terpadu dari hulu ke hilir.
Mulai dari pengumpulan, pemilahan, daur ulang, hingga pengolahan limbah organik dan anorganik, semuanya dilakukan di satu lokasi.
Greenprosa menjadi pusat pengolahan utama untuk sampah dari Taman Safari Bogor dan wilayah sekitarnya.
Kapasitasnya nggak main-main. Setiap hari mereka dapat menangani hingga 50 ton sampah dan saat high season bisa mencapai 70–80 ton per hari, lho!
Sebagian besar sampah yang masuk masih dalam kondisi tercampur, kecuali dari fasilitas-fasilitas tertentu yang sudah memilah sampah dari sumbernya.
Nah, di sinilah tantangan besar dimulai.
Setiap truk atau kendaraan pengangkut akan menumpahkan sampah di satu area besar. Setelah itu, sampah diangkut ke bagian pemilahan lewat conveyor belt.
Menariknya, sebagian besar dari Tim Greenprosa dulunya adalah pemulung atau pengumpul sampah liar—bertugas memilah berdasarkan jenisnya: mulai dari plastik bening, plastik warna, kardus, multilayer plastic, dan lain-lain.
Lantas, bagaimana dengan residunya?
Arky menjelaskan kalau residu yang tersisa hanya sekitar 5% dari total sampah yang masuk. “Masih ada residu, tetapi lumayan dikit,” katanya.
Meski belum 100% bebas limbah, Greenprosa telah membuktikan sistem terintegrasi yang mereka jalankan mampu mengurangi volume sampah secara signifikan.
Baca Juga: Jerhemy Owen Wisuda di Belanda, Resmi Jadi Sarjana Teknik Lingkungan!
Budidaya Ulat Maggot untuk Atasi Permasalahan Sampah

Salah satu bagian paling menarik dari kunjungan Owen ke Greenprosa adalah melihat langsung proses pengolahan sampah organik menggunakan ulat maggot alias larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF).
“Nah, yang keren dan unik, mereka punya pengolahan sampah sisa makanan pakai ulat maggot.
Maggot itu larva atau belatung dari lalat BSF,” jelas Owen.
Kenapa Maggot BSF?
Lalat BSF bukan jenis lalat biasa. Mereka nggak suka hinggap di tempat kotor, seperti lalat rumah.
Justru, mereka lebih aktif di tempat terang untuk kawin dan bertelur. Menariknya, larva BSF memiliki zat antimikroba alami yang bisa membantu mengurangi bau tak sedap dari sampah organik hanya dalam hitungan jam.
Arky dan Owen juga membahas kalau nyatanya satu maggot bisa mengonsumsi lebih dari 10 kali berat badannya dalam sehari dan dalam populasi besar, maggot-maggot ini sanggup mengurai hingga 8 ton sampah makanan setiap hari.
Luar biasa, ‘kan?
Proses Metamorfosis Maggot BSF

Lantas, bagaimana proses budidaya maggot ini dilakukan?
Prosesnya dimulai dari telur lalat Black Soldier Fly (BSF) yang menetas menjadi larva.
Larva inilah yang kemudian diberi pakan berupa sampah organik, seperti sisa sayuran, buah-buahan, hingga limbah makanan dari rumah tangga.
Setelah 15–16 hari, larva akan berubah menjadi prepupa, yaitu fase menjelang kepompong. Nah, di tahap inilah maggot biasanya dipanen.
Setelah dipanen, maggot bisa:
- dikeringkan atau dimasak jadi bahan pakan ternak bernutrisi tinggi;
- diolah jadi pupuk organik serta;
- diekstrak menjadi sumber protein alternatif.
Sementara itu, lalat dewasa dibiakkan kembali untuk bertelur, dan siklus pun terus berlanjut.
Ini membuat sistemnya nyaris tanpa limbah dan sangat berkelanjutan.
Baca Juga: Jerhemy Owen Mendaki Gunung Sampah Bantar Gebang: Aksi Nyata untuk Kesadaran Lingkungan
SATU Indonesia Awards: Buka Peluang untuk Innovator Muda

Menariknya, Greenprosa yang dirintis oleh Arky Gilang Wahab pernah meraih SATU Indonesia Awards tingkat nasional tahun 2021 di bidang Lingkungan.
Perjalanan Greenprosa dimulai dari pengelolaan sampah skala kecil di Banyumas, bahkan hanya di tiga rumah saja.
Namun, berkat dukungan dari Astra, inisiatif ini berkembang pesat.
“Serunya, kita bisa kumpul bareng orang-orang keren yang juga dapat penghargaan dari Astra.
Ada dukungan publikasi juga dan yang paling terasa, dari segi perusahaan Greenprosa jadi lebih scale-up.
Linkage-nya makin luas berkat Astra,” jelas Arky saat ditanya soal pengalamannya menerima apresiasi ini.
Nah, kalau kamu juga punya proyek sosial, inovasi teknologi, atau solusi lingkungan yang berdampak, SATU Indonesia Awards 2025 masih buka pendaftaran sampai 28 Juli 2025.
Cek info lengkap dan daftar langsung di: https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards
Jangan sampai kelewatan, ya!
Tertarik Melihat Proses Lengkapnya?
Masih penasaran bagaimana bentuk maggot, proses daur ulang di Greenprosa, dan obrolan seru Owen bareng Mas Arky? Langsung aja tonton episode lengkapnya di YouTube Owen atau klik di bawah ini, ya: